Disanalah aku pernah tinggal dan terpental.
Disana pula aku merasakan kehidupan yang fatal.
Mencari nafkah hingga lupa guling dan bantal.
Untung saja aku mempunyai kekuatan mental.
Terlalu banyak aral melintang yang menaungi.
Mencari penghidupan yang hakiki.
Berjuang dari hari ke hari.
Demi kehidupan keluarga yang kucintai.
Aku tak pernah berharap akan menggapai bintang dilangit.
Tak mau memikirkan yang sulit- sulit.
Hanya memikirkan hidup yang pelik.
Agar aku tidak tertindas dan terhimpit.
Disanalah....kenangan terpahat dihati.
Kesedihan dan keterpurukan selalu menemani.
Kesenangan dan kebahagiaan tak pernah mendatangi.
Tangis dan air mata jadi teman sejati.
Kini aku tlah jauh pergi.
Meninggalkan kenangan dan mimpi-mimpi.
Meninggalkan teman yang baik hati.
Semoga persahabatan dan persaudaran tetap sejati.
Menjadi penguat hati kita di saat sepi.
Menjadi rindu yang takkan terobati.
Menjadi kenangan yang tertulis rapi.
Di dalam buku diary....
Semua asa dan kecewa tlah ku kubur dalam- dalam.
Didalam lubuk hati yang terdalam.
Karna aku tak mampu bertahan.
Dari terpaan hidup yang sangat kejam.
Dan sangat tak berperi kemanusiaan.
Karna selalu menganggap perbedaan.
Menjadi tolak ukur sebuah kebahagiaan.
Tak ada orang yang tak ingin kaya.
Tak ada orang yang ingin hidup susah.
Tetaplah saling hormat menghormati.
Dan tetaplah menghargai sesama itu yang utama.
Karna semua yang dimiliki kita di bumi.
Semua hanya titipan Illahi....
Sabtu 12 September 2015
tinapurbo@gmail.com
Sumber gambar : Dok pri
Kok gambar rumahnya disamarkan sih mak? Hhoho :D
BalasHapusIya neng putri apriani soalnya kan skrng udh bukan milik aku lg, klu kenangan kan ya samar2 gitu 😄😄😄
Hapusterinspirasi dari siapa buat puisi ini?
BalasHapustitip link sekalian fsastra.gunadarma.ac.id